Selasa, 16 Maret 2010

Itsar - Muslim Bukan Individualis

Muslim Bukan Individualis

Oleh: Herdian Rangga Permana

Muqaddimah
Kehidupan bermasyarakat adalah sesuatu yang mutlak dan bersifat fitrah. Antara satu orang dengan lainnya saling membutuhkan dan memenuhi. Akan tetapi, seringkali kita temukan persinggungan dan jarak yang tercipta antara satu orang dengan lainnya dikarenakan adanya perbedaan cara pandang dan langkah dalam menyikapi suatu permasalahan. Dan di antara sebab munculnya perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat adalah akhlaq yang buruk.
Banyak orang mempelajari teori-teori tentang norma, etika dan kesopanan dari literatur barat. Padahal Islam telah mengajarkannya dengan begitu lengkap, hanya saja mereka kurang konsen dalam mempelajari Islam. Sehingga yang dikenal dari Islam hanyalah ibadah, fiqh, dan muamalah.

I-tsar (biar tidak keliru itsar), Apakah Itu?
I-tsar adalah Anda mengutamakan saudara muslim lainnya daripada diri sendiri. Memberikan apa yang kita miliki dari harta, atau sikap dan tingkah laku dengan pemberian yang terbaik. Sehingga kita merasakan kebahagiaan dari senyuman orang lain, namun kita sendiri tidak dapat menikmatinya.

Sebuah Teladan Tentang I-tsar
Ketika Kota Mekah, Khaibar dan Thaif dikuasai kaum muslimin, diperoleh ghanimah yang melimpah ruah. Di antara ghanimah itu adalah sekelompok kambing yang berada di antara dua gunung.
Salah seorang arab badui melihat kumpulan kambing itu. Dia merasa suka terhadapnya. Rasulullah yang mengetahui kecintaan arab badui itu kepada kambing-kambing tersebut, lantas memperuntukkan seluruh kambing tersebut kepada arab badui itu.
Lihatlah wahai sobat, di tengah kemiskinan yang menimpa sebagian besar kaum muslimin di Mekah saat itu, termasuk di antara mereka adalah Rasulullah, Beliau tidak memikirkan dirinya sendiri. Bahkan Rasulullah pernah pula mengikat batu di perut lantaran kelaparan. Meskipun jika kambing-kambing itu diperuntukkkan kepada Rasulullah, bukanlah hal yang berlebihan karena Beliau pun saat itu dalam keadaan yang sangat miskin. Di sisi yang lain, Rasulullah pun memiliki kekuasaan untuk mengatur pembagian ghanimah.
Bagaimana kiranya jika hal yang terjadi pada Rasulullah itu menimpa kita?

Tujuan Bersikap I-tsar
I-tsar bertujuan untuk menggapai keridhaan Allah di atas keridhaan manusia. Ridha Allah di atas ridha selainnya. Ridha Allah di atas hawa nafsu.

Tingkatan I-tsar
Berikut adalah tingkatan-tingkatan itsar, di tingkat manakah kita?
1. Menempatkan orang lain seperti seorang pelayan. Kita memberikan sisa-sisa barang yang kita miliki kepadanya.
2. Menempatkan orang lain seperti diri kita sendiri. Apa yang kita ambil, itulah yang kita berikan kepada orang lain.
3. Menempatkan orang lain di atas diri kita. Kita memberikan yang terbaik yang kita miliki kepada orang lain.

Buah-Buah I-tsar
Berikut adalah hasil yang akan kita peroleh manakala kita melakukan i-tsar dengan baik dan benar.
1. I-tsar sebagai penghias akhlaq dan meningkatkan derajat seorang hamba.
2. Memberikan keberkahan dalam hidup.
3. Menjadikan hati pemurah.
4. Terhindar dari sifat iri, dengki, benci dan a-tsarah (kebalikan dari sifat i-tsar, yaitu egois)
5. Menciptakan hubungan persaudaraan yang kuat serta menimbulkan kecintaan di antara kaum muslimin.
6. Membuka pintu-pintu hidayah.

Berilmu Sebelum Beramal
Tentang i-tsar, kiranya dengan ulasan ringkas ini sobat sekalian dapat mengenal apa dan siapa i-tsar itu. Salah satu akhlaq mulia yang sekali-kali tidak kalian dapatkan dalam teori-teori norma dan etika ala barat. Apalagi kalian temukan dalam praktek keseharian orang-orang barat yang senantiasa mengikuti akal pikiran dan hawa nafsu.
Dengan bekal ilmu yang sedikit ini, tunggu apa lagi? Ayo segera amalkan! Sesungguhnya Allah tidak akan menyiakan amal ibadah hambanya sedikit dan sekecil apapun.

Praktek I-tsar
Dalam pelaksanaanya, i-tsar akan lebih mudah kita lakukan jika kita memiliki kepekaan rasa.
Kepekaan rasa terhadap apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan adanya kepekaan rasa, kita mampu memberikan sikap yang terbaik kepada orang lain meskipun itu kecil dan sederhana. Karena i-tsar itu tidaklah harus dengan harta. Cukuplah dengan sikap dan perhatian kita, minimal dapat meringankan beban hidupnya.
Di sisi yang lain, i-tsar berupa perhatian kepada orang lain, akan menumbuhkan kecintaan yang erat. Cinta yang tumbuh dan senantiasa terpupuk dalam naungan syariat yang Islam yang mulia.


Sumber: Muslim Bukan Individualis, penerbit: Aqwam, judul asli: Ash-Shobru wadz-Dzauq, karya: Amru Khalid.
Disampaikan dalam Disbuk (Diskusi Buku) Masjid Manarul Islam Sawojajar Malang, 06 Februari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar